Iklan Atas

Blogger Jateng

10 Contoh Puisi Pilihan Muhammad Iqbal

10 Puisi Penyair Pakistan Muhammad Iqbal - Iqbal adalah seorang penyair, sekaligus filsuf, ahli hukum, pemikir politik, dan reformis Muslim. Dia dilahirkan di Sialkot-India pada bulan Dzulhijjah 1289 H, atau 22 Februari 1873, dan wafat pada tanggal 21 April 1938. Iqbal dilahirkan dari kalangan keluarga yang taat beribadah. Sejak masa kanak-kanak ia telah mendapatkan bimbingan langsung dari sang ayah, Syekh Mohammad Noor dan Muhammad Rafiq, kakeknya.

Kemudian, Iqbal mendapatkan pengajaran al-Qur’an dan pendidikan Islam di sebuah surau. Selanjutnya, dia melanjutkan ke pendidikan dasar sampai tingkat menengah di Sialkot. Di sana Iqbal mendapatkan pendidikan yang baik. Setelah pendidikan dasarnya selesai, ia masuk ke Government College (Sekolah Tinggi Pemerintah) Lahore. Iqbal tercatat sebagai murid kesayangan dari Sir Thomas Arnold. Iqbal lulus pada tahun 1897 dan mendapatkan dua medali emas karena kemampuannya yang baik dalam bahasa Inggris dan Arab, serta memperoleh beasiswa. hingga pada tahun 1909, ia mendapatkan gelar master dalam bidang filsafat.

Berkat kecerdasannya dalam memahami ilmu, dia mendapatkan bantuan beasiswa dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Dia melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi di Lahore, di Cambridge-Inggris dan terakhir di Munich-Jerman dengan mengajukan tesis berjudul The Development of Metaphysics in Persia. Sekembalinya dari Eropa tahun 1909 ia diangkat menjadi Guru Besar di Lahore dan sempat menjadi pengacara.

Adapun karya-karya Iqbal yang tercatat diantaranya adalah Bang-i-dara (Genta Lonceng), Payam-i-Mashriq (Pesan Dari Timur), Asrar-i-Khudi (Rahasia-rahasia Diri), Rumuz-i-Bekhudi (Rahasia-rahasia Peniadaan Diri), Jawaid Nama (Kitab Keabadian), Zarb-i-Kalim (Pukulan Tongkat Nabi Musa), Pas Cheh Bayad Kard Aye Aqwam-i-Sharq (Apakah Yang Akan Kau Lakukan Wahai Rakyat Timur?), Musafir Nama, Bal-i-Jibril (Sayap Jibril), Armughan-i-Hejaz (Hadiah Dari Hijaz), Development of Metaphyiscs in Persia, Lectures on the Reconstruction of Religius Thought in Islam -‘Ilm al-Iqtishâd, A Contibution to the History of Muslim Philosopy, Zabur-i-‘Ajam (Taman Rahasia Baru), Khusal Khan Khattak, dan Rumuz-i-Bekhudi (Rahasia Peniadaan Diri).


Oke Sob, untuk memahami langsung karya Iqbal dalam bentuk puisi atau sajak, berikut Admin sajikan 10 Puisi pilihan dari Sir Muhammad Iqbal.


Cinta Abadi

"Cinta itu abadi dan ke dalam keabadian ia pergi
Jika hari pembalasan tiba
Orang berduyun ingin jadi pemburu cinta
Sebab tanpa cinta ia akan terhina
Titik cerlang yang bernama pribadi
Api kehidupan dalam tumpukan abu kita
Cinta menggosoknya menjadi lebih abadi lagi
Cinta mengangkat insan membumbung tinggi
Hingga tercapai tangga keluhuran dekat ilahi
Jika wujud ini adalah benda belum selesai
Cinta membentuknya hingga sempurna
O muslim, dengar kisahku menjadi manusia
Oleh cinta pribadi kian abadi
Lebih hidup, lebih menyala, dan lebih kemilau
Dari cinta menjelma pancaran wujudnya
Dan perkembangan kemungkinan yang tak diketahui semula
Fitrahnya mengumpul api dari cinta
Cinta mengajarinya menerangi alam semesta
Cinta tak takut kepada pedang dan pisau belati
Cinta tidak berasal dari air dan bumi
Cinta menjadikan perang dan damai di dunia
Sumber hidup ialah kilau pedang cinta".



Cinta lari, pikiran menggigitnya bagai seekor ular
Tak sanggup ia membawa dirinya menuju penglihatan batin
Bintang-bintang dapat dipacunya
Namun pikirannya sendiri tak dapat dijelajahi
Ia kebingungan dalam labirin ilmu pengetahuannya
Dan kehilangan ukuran tentang yang baik dan penyakitnya
Sinar matahari dapat ditawannya
Namun tiada matahari yang terbit di sana
Buat menyingkap malam-malamnya yang kelam
...



Pribadi Teguh oleh Cinta

Titik cerlang bernama pribadi
Adalah api hidup di balik abu kita
Oleh cinta semakin kekal ia
Semakin cerlang dan kemilau cahayanya
Semakin terjelma pancaran wujudnya
Dari cinta Pribadi mengumpulkan api
Oleh cinta diajarinya ia menerangi semesta
Cinta tak takut menghadapi pedang dan senjata
Cinta tak berasal dari air dan bumi
Cinta melahirkan damai dan perang di dunia ini

Kilatan pedang cinta adalah sumber hayat
Tebung curam gemetar tersorot pandangannya
Cinta ilahi menjelmakan Tuhan dalam diri pada akhirnya
Sebab itu belajarlah mencintai dan dicintai
Carilah pandangan mata seperti Nabi Nuh
Dan tempa jiwamu bagaikan Nabi Ayyub
Jadikan timbunan debu ini emas
Cium ambang pintu Manusia sempurna
Nyalakan obor seperti Rumi
Bakar negeri Rum dengan Api Tabriz
Jika kau punya sepasang mata
Akan kutunjukan kekasihmu yang sebenarnya
Ia bersemayam dalam hatimu sendiri
Wajahnya molek mengungguli bidadari
Kasih sayangnya melebihi semua
Mencintainya menumbuhkan pribadi perkasa
Oleh cintanya bumi dapat memeluk bintang
Dan langkahnya membuat tanah Najd gilang gemilang
Pesonanya membuat kau terbang membumbung angkasa

Muhammad bersemayam di hati setiap muslim
Bukit Sinai hanya sebutir debu dibanding rumahnya
Tempat tinggalnya Baitul Haram
Hidupnya diliputi keabadian
Dan keabadian kian meluas oleh wujudnya
Karena biasa tidur di tikar kasar
Malamku lebih membakar dari siang padang mahsyar
Dialah awan musim semi dan aku tamannya
Pohon anggurku basah dicurahi hujannya
Mataku kusemai di padang cinta
Dan kupetik hasilnya nikmat tak terkira
Bumi Madinah menjadi indah melebihi dua dunia

Ah, Bahagia kota kediaman Yang Tercinta
Karam aku mengagumi gaya bahasa Maulana Jami
Puisi dan prosanya menjadi obat masa mudaku
Dari tangannya mengalir madah indah serta kemilau
Dan diuntainya kalung mutiara seakan memuja Mustafa

Muhammad adalah mukadimah alam semesta
Seluruh dunia mengabdi kepada dia sebagai gustinya
Aneka khaifayat menyebar dari kemurnian anggur cinta
Dan sifat cinta ialah taat setaat-taatnya
Seperti yang suci dari Bistam yang begitu takwa
Selalu ia berpuasa dari makanan lezat
Wahai yang Asyik, mengabdilah selalu kau pada kekasih
Agar jerat dapat kau lemparkan dan tertangkap cahaya Tuhan

Diamlah sejenak dalam Gua Hira kalbumu
Tinggalkan dirimu dan pindahlah ke hadirat Tuhan
Setelah tenaga ilahi kau peroleh kembalilah ke dunia
Lalu hancurkan kepala Lat dan Uzza
Kumpulkan prajurit dari kekuatan cinta
Agar Tuhan Ka'bah memberimu rahmat
Dan menerangkan arti ayat Inni Ja'ilun bagimu
"Sesungguhnya hendak kuciptakan KhalifahKu di bumi" dari Asrar Al-Khudi



Harapan Kepada Pemuda

Aku harapkan pemuda inilah yang akan sanggup
membangunkan zaman yang baru
memperbarui kekuatan iman
menjalankan pelita hidayat..

menyebarkan ajaran khatamul-anbiya’
menancapkan di tengah medan pokok ajaran Ibrahim
Api ini akan hidup kembali dan membakar...

jangan mengeluh jua , hai orang yang mengadu
Jangan putus asa, melihat lengang kebunmu
Cahaya pagi telah terhampar bersih
Dan kembang-kembang telah menyebar harum narwastu

Khilafatul-Ard akan diserahkan kembali ke tanganmu
Bersedialah dari sekarang
Tegaklah untuk menetapkan engkau ada
Denganmulah Nur Tauhid akan disempurnakan kembali
Engkaulah minyak atar itu, meskipun masih tersimpan dalam
kuntum yang akan mekar

Tegaklah, dan pikullah amanat ini atas pundakmu
Hembuslah panas nafasmu di atas kebun ini
Agar harum-harum narwastu meliputi segala
Dan janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak
hanya berbunyi ketika terhempas di pantai
Tetapi jadilah kamu air-bah, mengubah dunia dengan amalmu

Kipaskan sayapmu di seluruh ufuk
Sinarilah zaman dengan nur imanmu
Kirimkan cahaya dengan kuat yakinmu
Patrikan segala dengan nama Muhammad



Nyanyian Waktu

Aku derita juga penawar
Kesederhanaan juga kemegahan.
Aku pedang yang menghancurkan
Aku mata air kekekalan
Aku api yang membinasakan
Aku taman kebakaan
Pertentanganku nyata
(Anggaplah itu tipu-muslihat):
Berubah selalu, diam senantiasa
Tak berubah dalam dada yang berubah.

Seperti jiwa manusia aku tak terikat
Pada lambang-lambang bilangan-
Aku tak terikat pada masa dan keluasan
Pada pergantian dan tahun kabisat
Kau adalah rahasia terpendam dalam dirimu
Aku adalah rahasia dari wujudmu.
Aku hidup karena kau memiliki jiwa
Dan tempat tinggalku adalah kesendirian jiwamu



Kisah Syaikh dan Brahmana

Di Benares ada seorang brahmana
Dia mencelupkan kepalanya di antara ada dan tiada
Pengetahuannya tentang filsafat sangatlah luas
Tapi, dia amat benci kepada orang yang mencari Tuhan
Dia selalu mencari sesuatu yang baru
Bulan dan bintang seakan tercampak oleh kobaran citanya
Dia berpikir siang dan malam
Namun, filsafat tak menjelma anggur dalam pialanya
Meskipun sudah digelut selamanya oleh samudra ilmu
Tak juga jeratnya dapat menangkap seekor unggas yang diharap
Rahasia ada dan tiada belum juga disingkapnya
Dia berkeluh putus asa
Wajahnya muram penuh kesal
Maka, suatu hari ia berkunjung kepada seorang syaikh
Orang yang menyimpan hati emas di dadanya
Syaikh itu menyimak penuh cerita sang Brahmana
Lalu dia berkata :”wahai kawan yang mengembara di angkasa tinggi”

Coba engkau sejenak yakin pada dirimu di bumi ini
Kau telah tersesat di hutan rimba pemikiran
Maka, berdamailah kembali dengan bumi
Jangan mengembara hendak mengupas esensi bintang
Bukan maksudku menyuruhmu meninggalkan patung-patungmu
Apakah kau seorang kafir ?
Kalau iya, berarti kau memang orang yang tidak percaya
Wahai pewaris kebudayaan kuno
Jangan kau berpaling dari jalan leluhurmu !
Apabila rakyat berasal dari satu kesatuan
Maka, kekufuran pun semacam itu juga.
Tapi kau belum seorang kafir sepenuhnya
Tak pantas beribadat di kuil ruhaniah
Kita berdua telah jauh dari jalan kebaktian:
Kau jauh dari Azar
Aku pun jauh sudah dari Ibrahim
Majnun kita tak lagi jadi kesenduan bagi Laila
Dia belum lagi sempurna dalam kegilaan bercinta
Apabila padam lampu sang pribadi
Apakah guna khayal meneliti alam semesta ini ?
Baiklah, akan kukisahkan tentang sungai Gangga dan gunung Himalaya
Berkatalah sungai Gangga pada Himalaya:
“wahai engkau yang berjubah salju sejak dahulu
Tuhan menciptakanmu dari sekumpulan rahasia-rahasia langit
Tapi Dia tidak memberimu kuasa untuk bergerak
Apa gunanya keluhuran jika tak dapat bergerak ?
Padahal hidup berasal dari gerak-Nya yang kekal
Sebab geraklah yang menciptakan segala peristiwa”

Himalaya pun segera menjawab :
“luas airmu adalah cemin bagiku
Dalam dadaku ini mengalir ratusan sungai seperti dirimu ini
Tapi, gerakmu yang indah itu merupakan sarana untuk mati
Siapa yang lari pribadinya pasti menemui ajalnya
Tak ada padamu ilmu mengenai dirimu sendiri
Kau mabuk kepayang dalam bencanamu sendiri
Tolol kau sebenarnya !
Kau lahir dari rahim suasana yang berputar
Dan tepian sungai yang runtuh
Ternyata lebih baik dari dirimu
Kau sembahkan wujudmu untuk wujud samudra
Telah kau hina dirimu bagai manusia jalang
Maka, jagalah pribadimu seperti mawar di taman kerajaan
Jangan kau pinta wangi dari tamanmu sendiri
Dan kumpulkanlah mawar dari tamanmu sendiri
Lihatlah aku. Biarpun zaman terus berlalu
Aku tetap kokoh berdiri di atas bumi
Apakah kau mengira aku lari dari tujuanku ?
Wujudku tumbuh mencapai langit
Ketika bintang Surya tenggelam
Dia akan istirah di balik jubahku
Tapi, wujudmu akan hilang ditelan samudra
Sedangkan di puncakku bintang-bintang menundukkan kepala
Mataku dengan jelas melihat rahasia langit
Telingaku sering menangkap kepak sayap malaikat dan bidadari
Dan karena aku selalu menyala
Aku kumpulkan segala bebatuan mutu manikam
Aku memang tampak seperti batu seluruhnya
Tapi didalam batu itu terpendam kobaran api
Dan air tak dapat melewati apiku !
Jika kau hanya setitik air, jangan sampai pecah di kaki sendiri
Tapi tak takut berjuang bersama laut.
Jika ingin air permata, jadilah permata !
Kembangkan dirimu ! bergegaslah untuk bergerak !
Jadilah awan yang menyemburkan kilat
Dan mencurahkan hujan berlimpah
Biar samudra memohon badaimu seperti seorang pengemis
Biar dia berkeluh tentang sempit tepianmu !
Biar dia anggap lebih kecil dari ombak
Dan melancar di kakimu sendiri !”



Tulip dari Sinai

Di bawah kuasa-Nya dunia bergantung
Segenap makhluk dicipta untuk menaati perintah-Nya
Matahari sendiri tak lebih hanya tanda
Dari sujud alam yang lama di kening hari
Hatiku berkobar oleh nyala api dalam kalbu
Kepada bingkai semesta, air mata darah meminjamkan
Penglihatannya. Ia yang tahu asyik nama lain dari Cinta
Bisakah sesat dari rahasia kehidupan?

Dunia hanya debu dan hati adalah buahnya
Hanya darah setetes yang membuatnya bingung
Jika kami tak memiliki penglihatan lahir dan batin
Tentu dunia akan terasa asing bagi kami
Musik cinta menemukan alatnya pada manusia
Rahasia ia singkap, dirinya satu semata dengan-Nya
Tuhan mencipta dunia, manusia membuatnya indah
Manusia adalah kerabat kerja dan sahabat Tuhan
Apa guna kalbu dalam dada, tanyamu
Akal yang dlimpahi rasa oleh Sang Pencipta
Jika rasa dalam dirimu hidup, hidup pulalah kalbumu
Jika tidak akal akan berubah menjadi debu

Jangan omeli apa tujuan hidup di bumi
Baik nikmati saja keajaibannya yang menawan
Kucintai pngembaraan jauh yang berkali-kali
Sebab setiap keberangkatan tantangan bagiku
Kau matahari, aku planet berputar mengitari-Mu
Diterangi oleh penglihatan-Mu
Terpisah dari-Mu adalah derita bagiku
Kau Kitab Agung, aku hanya setitik huruf di dalamnya
Disebut Cina, Arab, Parsi dan Afghan
Kita ini milik sebuah taman besar, pohon agung
Lahir di musim semi itulah keluhuran
Membedakan warna kulit adalah dosa besar
Dunia kita ini masih percobaan seorang pemahat
Perubahan demi perubahan akan ia alami siang malam
Pahatan Nasib memerintahkan kita bekerja terus
Memberi bentuk, sebab dunia masih pahatan kasar
Belajarlah dari kuntum bunga tentang hidup, o Hati!
Ia adalah perlambang hidupmu yang selalu mencari cahaya
Ia menyembul jauh dari kegelapan bumi
Namun sejak lahir memiliki mata di sinar matahari
Jika kau tahu kemungkinan-kemungkinanmu yang terpendam
Embun akan bisa kau cipta menjadi lautan
O Hati, mengapa mengemis terang kepada sinar bulan?
Nyalakan lampumu sendiri agar terang malam-malammu
Kau masih terikat pada warna kulit dan ras
Maka kau sebut aku Afghan atau Turkoman
Namun aku pertama kali manusia, nyata manusia
Baru kemudian bisa kau sebut India atau Turkistan



Tuhan dan Manusia

Tuhan:
Kubuat dan kubentuk dunia ini dari lempung yang sama
Kau bikin Iran, Ethiopia dan Mongolia
Dari tanah Kubuat besi, murni tak tercampur yang lainnya
Kamulah yang menjadikannya pedang dan senjata
Kau bikin kapak untuk menebang pohon yang Kutumbuhkan
Dan membuat sangkar untuk burung-burung yang berkicau bebas


Manusia:
Kau mencipta malam, aku mencipta lampu untuk meneranginya
Kau membuat lempung, darinya aku bikin cawan minuman cerlang
Kau jadikan hutan belantara, gunung dan padang rumputan
Aku cipta kebun, taman, jalan-jalan dan padang pengembalaan
Kurubah racun berbisa menjadi minuman segar
Akulah yang mencipta cermin cerlang dari pasir.



Sander Petofi
(Penyair muda Hongaria awal abad ke-20 yang gugur di medan perang mempertahankan negerinya, namun tiada tugu peringatan baginya karena jasadnya tak ditemukan)


Untuk sesaat
Di taman dunia ini
Kau nyanyikan lagu pengantin mawar,
Dan karenanya
Hati yang satu bersorak gembira
Dan yang lain merasa sedih.
Dengan darah
Kau lukis kelopak tulip
Merah membara.
Dengan pandang pagi harimu yang sejuk
Kausingkap pelan-pelan hati tunas mawar.
Dalam sajak gubahanmu
Kau jumpai kuburmu yang lebih terhormat.
Kepada rahim bumi
Kau tak akan dan tak akan kembali
Sebab kau tidak dilahirkan oleh bumi.



Hari Pertama Penciptaan: Langit Mencemooh Bumi

Demi nikmat penyatuan dan pelepasan, kehidupan membangun semesta raya ini dan dari desah nafasnya tercipta rumah keajaiban dari siang dan malam.
Masing-masing bertebaran menerpa gairah dan cinta diri untuk berekspresi sambil berteriak lantang: “Aku berbeda dengan engkau.”

Maka bulan dan bintang-gemintang belajar terbang menari, ratusan lampu-lampu dinyalakan di angkasa: matahari menggantung di langit biru membentang kubah emasnya dengan tali-tali berwarna perak, di ujung timur fajar pertama pecah dan dari dunia yang baru lahir ia mengangkat tabir
Tapi manusia bumi masih terpencil, sepi dan sunyi.

Belum ada kafilah melintasi padang pasirnya, sungai-sungai belum bergelut menelikung bebukitan, belum ada awan gemawan menjatuhkan tetesan di dedaunan, tiada burung-burung berkicau di dahan-dahan, dan tiada pula rusa-rusa mungil melompat di sesemakan.
Bumi yang belum rata layaknya asap yang menggumpal-gumpal, belum lagi menyalakan laut dan darahnya dengan kehidupan. Rerumputan tertidur di dasar lelap, belum tersentuh angin musim dingin.

Langit mencerca bumi: “Belum pernah aku lihat makhluk seburuk engkau, terpejam buta dalam jangkauanku: tanpa lampuku, darimana engkau peroleh terangmu? Engkau dapat tumbuh setinggi puncak Alvand, tapi ia sebenarnya tidak pijar ataupun tumbuh. Sekarang pilihlah perempuan sundal yang akan meremasmu atau matilah dalam kehinaan.”
Umpatan ini membuat bumi berduka, bermuram durja diliputi kesedihan dan menerawang Tuhan demi menyirami kehidupannya yang kotor dan tiba-tiba dari balik tabir langit suara menyahut: “Andaikan engkau tahu pusakamu yang tak ternilai harganya, engkau mungkin tidak akan bersedih. Karena apabila engkau memandang jiwamu engkau akan menemukan hayat yang menggelegak siap menerangi hari-harimu dan tidak perlu lagi cahaya dari luar
Apa yang membuat hari benderang? Matahari bundar yang ternoda!
Dari hayat yang tidak ternoda cahayamu akan terbit. Cahaya ini akan menuju angkasa raya melaju lebih cepat ketimbang cahaya bulan dan matahari.
Sudahkah engkau hapuskan sketsa harapan dari kanvas jiwamu? Dari debu-debu kegelapanmu sendiri cahaya akan bersinar.


Pengetahuan manusia akan mendesak menguasai angkasa, cintanya akan mengaku Yang Tak Terhingga.
Dengan mata yang lebih terjaga ketimbang milik Jibril, ia akan menemukan jalan meski tanpa bimbingan.
Terbentuk dari lempung, manusia akan membumbung seperti malaikat hingga langit menjadi kedai minuman tua di pinggir jalan-jalan yang ditempuhnya.
Kubah-kubah langit kan ditembusnya bagai jarum menusuk sutra.
Dan ia akan mencuci kehidupan dari segala nodanya.
Tatapan matanya akan membuat suram kabut bumi cerah berseri.
Meski hanya sedikit berdoa dan banyak menumpahkan darah, namun dia tetap melaju selamanya.


Dari semesta ia akan belajar memahami sifat-sifat sang wujud, “Siapa yang tenggelam dalam pesona kecantikan Tuhan, maka ia akan menjadi raja segenap makhluk ciptaan.”